Senin, 13 Februari 2012

Isu-isu terkini tentang Teknologi Informasi

Senin, 07 Februari 2011

E-BANKING

E-Banking merupakan layanan perbankan melalui internet
Lebih jelasnya adalah dengan menggunakan komputer kita yang terhubung ke internet untuk digunkan sebagai sarana untuk melakukan aktifitas perbankan seperti informasi saldo, informasi rekening (seperti melihat buku), tranfers dana dan pembayaran-pembayaran.
Internet banking adalah salah satu layanan perbankan yang menggunakan teknologi komunikasi dan informasi seperti mobile banking ( transaksi menggunakan handpone, spt atm), sms banking dan telepon banking.
Contoh layanan yang disediakan pada internet banking :
Transfer Dana
Transfer antar Rekening
Transfer antar Bank Domestik
Daftar Transfer Terjadwal
Pembayaran
Telkom & Telepon CDMA
Telepon GSM
Internet
Kabel TV
Kartu Kredit
Listrik
Angsuran
Asuransi
Pendidikan
Airlines
Autodebit
Lain-lain
Pembelian
Pulsa Telepon CDMA
Pulsa Telepon GSM
Tiket
Penempatan Deposito Berjangka
Informasi Rekening & Kartu Kredit
Rek. Tabungan & GIRO
Posisi Saldo
Histori Transaksi
Daftar Rekening
Rek. Deposito
Rek. Pinjaman
Informasi Kartu Visa
Fasilitas Layanan
Status Cek
Layanan Notifikasi SMS
Informasi Suku Bunga
Informasi Kurs

sumber:bernardinus sriwidodo

E-LEARNING

E-Learning adalah pembelajaran jarak jauh (distance Learning) yang memanfaatkan teknologi komputer, jaringan komputer dan/atau Internet. E-Learning memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran/perkuliahan di kelas. E-Learning sering pula dipahami sebagai suatu bentuk pembelajaran berbasis web yang bisa diakses dari intranet di jaringan lokal atau internet. Sebenarnya materi e-Learning tidak harus didistribusikan secara on-line baik melalui jaringan lokal maupun internet, distribusi secara off-line menggunakan media CD/DVD pun termasuk pola e-Learning. Dalam hal ini aplikasi dan materi belajar dikembangkan sesuai kebutuhan dan didistribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya pembelajar dapat memanfatkan CD/DVD tersebut dan belajar di tempat di mana dia berada.
  • Pembelajaran jarak jauh.
E-Learning memungkinkan pembelajar untuk menimba ilmu tanpa harus secara fisik menghadiri kelas. Pembelajar bisa berada di Semarang, sementara “instruktur” dan pelajaran yang diikuti berada di tempat lain, di kota lain bahkan di negara lain. Interaksi bisa dijalankan secara on-line dan real-time ataupun secara off-line atau archieved.
Pembelajar belajar dari komputer di kantor ataupun di rumah dengan memanfaatkan koneksi jaringan lokal ataupun jaringan Internet ataupun menggunakan media CD/DVD yang telah disiapkan. Materi belajar dikelola oleh sebuah pusat penyedia materi di kampus/universitas, atau perusahaan penyedia content tertentu. Pembelajar bisa mengatur sendiri waktu belajar, dan tempat dari mana ia mengakses pelajaran.
  • Pembelajaran dengan perangkat komputer
E-Learning disampaikan dengan memanfaatkan perangkat komputer. Pada umumnya perangkat dilengkapi perangkat multimedia, dengan cd drive dan koneksi Internet ataupun Intranet lokal. Dengan memiliki komputer yang terkoneksi dengan intranet ataupun Internet, pembelajar dapat berpartisipasi dalam e-Learning. Jumlah pembelajar yang bisa ikut berpartisipasi tidak dibatasi dengan kapasitas kelas. Materi pelajaran dapat diketengahkan dengan kualitas yang lebih standar dibandingkan kelas konvensional yang tergantung pada kondisi dari pengajar.
  • Pembelajaran formal vs. informal
E-Learning bisa mencakup pembelajaran secara formal maupun informal. E-Learning secara formal, misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-Learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya, atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahan konsultan) yang memang bergerak di bidang penyediaan jasa e-Learning untuk umum. E-Learning bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut biaya).
  • Pembelajaran yang ditunjang oleh para ahli di bidang masing-masing.
Walaupun sepertinya e-Learning diberikan hanya melalui perangkat komputer, e-Learning ternyata disiapkan, ditunjang, dikelola oleh tim yang terdiri dari para ahli di bidang masing-masing, yaitu:
  1. Subject Matter Expert (SME) atau nara sumber dari pelatihan yang disampaikan
  2. Instructional Designer (ID), bertugas untuk secara sistematis mendesain materi dari SME menjadi materi e-Learning dengan memasukkan unsur metode pengajaran agar materi menjadi lebih interaktif, lebih mudah dan lebih menarik untuk dipelajari
  3. Graphic Designer (GD), mengubah materi text menjadi bentuk grafis dengan gambar, warna, dan layout yang enak dipandang, efektif dan menarik untuk dipelajari
  4. Ahli bidang Learning Management System (LMS). Mengelola sistem di website yang mengatur lalu lintas interaksi antara instruktur dengan siswa, antarsiswa dengan siswa lainnya.
Di sini, pembelajar bisa melihat modul-modul yang ditawarkan, bisa mengambil tugas-tugas dan test-test yang harus dikerjakan, serta melihat jadwal diskusi secara maya dengan instruktur, nara sumber lain, dan pembelajar lain. Melalui LMS ini, siswa juga bisa melihat nilai tugas dan test serta peringkatnya berdasarkan nilai (tugas ataupun test) yang diperoleh. 

sumber:UG elearning center

E-GOVERNMENT

E-Government yang "juga disebut e-gov, digital government, online government atau dalam konteks tertentu transformational government adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan. e-Government dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau administrasi publik, untuk meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan pelayanan publik, atau proses kepemerintahan yang demokratis. Model penyampaian yang utama adalah Government-to-Citizen atau Government-to-Customer (G2C), Government-to-Business (G2B) serta Government-to-Government (G2G). Keuntungan yang paling diharapkan dari e-government adalah peningkatan efisiensi, kenyamanan, serta aksesibilitas yang lebih baik dari pelayanan publik." (Ref: Wikipedia)

Salah satu pengembangan yang sedang dilaksanakan adalah jaringan JarDikNas. Walapun keuntungan JarDikNas untuk dunia pendidikan belum begitu jelas, kesempatannya jaringan sebesar ini untuk mulai membuka fasilitas untuk e-Government adalah besar asal ada niat dan dedikasi dari pemerintah. 

E-Pemerintah Mendukung Program "One Laptop Per Child"
"Pemerintah dapat membeli laptop berwarna hijau dan putih ini sampai 250.000 buah. Laptop ini dirancang untuk dipakai di negara berkembang. Bulan Januari, Michalis Bletsas, pejabat tinggi proyek ini mengatakan kepada BBC bahwa OLPC berharap menjual laptop ini untuk umum tahun depan. Menurut Bender, OLPC melihat beberapa keuntungan menawarkan laptop ke negara maju. Akan banyak orang mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan isi, perangkat lunak dan pendukungnya, ujar Bender. Namun terutama, katanya, cara memperluas proyek laptop ke negara-negara yang tidak mampu berpartisipasi" (Satu Laptop Untuk Setiap Anak): "To provide children around the world with new opportunities to explore, experiment and express themselves." Informasi lanjut.
Pembukaan IGOS Center Bandung

Deklarasi Penggunaan & Pengembangan IGOS telah dilakukan pada tanggal 30 Juni 2004 dan mendapatkan dukungan dari lima (5) kementrian yaitu Menteri Riset dan Teknologi, Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri Kehakiman dan HAM, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, dan Menteri Pendidikan Nasional. Kebijakan program Indonesia Go Open Source (IGOS) bertujuan meningkatkan akselerasi pendayagunaan Open Source Software (OSS) dan memperkuat upaya infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Untuk itu komunitas TIK khususnya pengguna dan pengembang OSS beserta, pemerintah, kaum profesional dan pelaku bisnis mendirikan pusat kegiatan yang berhubungan dengan OSS di kota Bandung dengan nama: IGOS Center Bandung.

Dengan Visi : Menjadi penyedia secara “One Stop Service” untuk produk dan jasa yang berbasis teknologi "Open Source Software" (OSS). Dengan target untuk perbaikan daya saing bangsa secara Sistemik dengan memanfaatkan pendekatan OPEN INNOVATION (OI).
Informsi lanjut: Press Release

Senin, 10 Maret 2008 12:16 WIB
Igos Versi Terbaru Segera Diluncurkan
JAKARTA--MI: Versi terbaru Igos (Indonesia Go Open Source) Nusantara, sistem operasi berbasis open source, akan segera diluncurkan dengan banyak kelebihan dan penyempurnaan dari versi sebelumnya (Igos 2006).
Sumber: Media Indonesia Online


























C Generation

C generation merupakan generasi kehidupan baru yang banyak dipengaruhi oleh TIK
jadi secara garis besarnya c-generation adalah yaitu generasi baru melek teknologi yang sangat peka akan konektivitas, konvergensi, konten kreatif, kolaborasi, dan kontekstual.

C-GENERATION DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Memasuki awal tahun 2011, maka tantangan bagi dunia pendidikan amatlah berat. Para pendidik harus mampu memperbaiki cara mengajarnya dari pembelajaran dengan paradigma lama menuju baru. Sebab saat ini kita telah menghadapi peserta didik yang disebut digital native atau penduduk asli dalam dunia digital. Kita pun harus mengucapkan selamat datang aktivitas belajar C-Generation.

Dalam aktivitas belajar C-Generation, aktivitas belajar tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas. Para guru dituntut untuk mampu membangun konten-konten edukatif yang membuat para peserta didiknya menjadi kreatif. Salah satunya adalah membangun blog sebagai media pembelajaran.

Di dalam blog guru itu, semua penugasan, materi singkat maupun padat dituliskan di sana. Terjadilah diskusi dan komunikasi dua arah antara guru dan murid. Dimana para murid mampu memberikan tanggapan dari apa yang dituliskan oleh para guru.

Para peserta didik akan dengan mudah mengakses darimana saja dan kapan saja. Mereka bisa mengakses dari rumah melalui laptop atau handphone mereka. Berbagai peralatan canggih seperti ipad dan netbook yang mungil tentu sangat digemari mereka dalam pemanfaatannya. Terjadilah connecting and sharing antara pendidik dan peserta didiknya di era netizen ini.

Para guru harus bisa memasukkan atau mengupload file-file video ke dalam http://youtube.com. Semua materi pembelajaran dibuat dalam bentuk film dan di sinilah kreativitas para guru diuji. Bila guru kreatif, maka akan ada sebuah produk pembelajaran baru yang pada akhirnya mampu membuat pembelajaran menjadi menyenangkan untuk semua.

Contohnya adalah seorang guru sejarah SMA yang bernama pak Mustakim dari Gresik. Beliau membuat film tentang Sunan Gresik. Hasil dari pembuatan filmnya dimasukkan ke dalam youtube dan dicopykan juga dalam bentuk kepingan CD. Anak-anak bisa menonton film itu kapan saja, dan dimana saja. Alhasil, hasil pembuatan filmnya membawa berkah. Film sejarah yang disingkat FARAH beliau ikutkan dalam lomba keberhasilan guru di tingkat nasional, dan alhamdulillah mendapatkan juara pertama di tahun 2008. Beliau adalah teman sekamar saya ketika menjadi finaslis LKGDP di 2008.

Apa yang telah dilakukan pak Mustakim adalah salah satu contoh bentuk aktivitas belajar C-Generation. Beliau pun mengajari para siswanya untuk membuat dan mengupload file-file video ke dalam youtube.

Beliau contohkan bagaimana jojo dan shinta dengan keong racunnya di Bandung menjadi terkenal karena mampu mengupload video yang heboh di internet. Juga penyanyi muda Amerika Serikat Justin Biber yang menjadi terkenal karena seringnya memasukkan apa yang telah dinyanyikannya dalam video online yang bernama youtube.com.

Aktivitas pembelajaran lainnya juga dapat dilakukan melalui facebook dan twitter. Para guru harus mampu melakukan diskusi dengan para peserta didiknya melalui media ini. Seperti ibu Herfen Suryati, seorang guru Biologi SMA yang telah berhasil memanfaatkan facebook. Berbagai penghargaan akhirnya diraihnya dan menjadi guru inovator dalam aktivitas pembelajaran C-Generation.

Dalam aktivitas belajar C-Generation para guru diharpkan mampu membuat pengayaan materi yang dibuat dalam bentuk jurnalonline yang terhubung dengan google books dan memudahkan siswa dalam pencariannya. Dengan demikian, para siswa atau peserta didik tidak hanya diajarkan cara mencari informasi saja, tetapi juga dilatih untuk menciptakan informasi di internet.

Tentu para peserta didik harus dilatih kreatif dalam menulis, dan para guru diharapkan mampu juga ungtuk menulis. Sayangnya, kenyataan di lapangan pada saat ini masih banyak guru yang belum mampu menulis dengan baik, dan berakibat pula tak mampu mengajari para peserta didiknya untuk bisa menulis. Para peserta didik pada akhirnya hanya mampu mencari informasi di internet saja, dan bukan pembuat informasi.

Dalam aktivitas pembelajaran C-Generation, guru dan siswa dituntut untuk terampil menulis. Dengan terampil menulis, maka akan banyak materi pembelajaran dibuat sesuai dengan Standar Kompetensi (SK), dan kompetensi dasar (KD) yang diujikan dalam kurikulum yang dibuat oleh guru sendiri dan sesuai dengan Kurikulum Tingkat satuan pendidikan (KTSP).

Adanya tempat-tempat penyimpanan file onlie di internet seperti ziddu.com, para guru dapat mensharingkan materi pembelajarannya dalam bentuk pdf dan disebarkan atau diupload ke dalam ziddu.com. para siswa tinggal mendownload saja materi yang diberikan tanpa harus capek-capek membawa buku yang tebal. Materi presentasi pun dapat di upload di internet, dan para guru dapat mendownload kapan saja dan dimana saja ketika memerlukannya.

Dahsyatnya wikileaks saat ini memberikan pembelajaran kepada kita bahwa demokrasi, globalisasi, dan perkembangan IPTEK merupakan tantangan terbesar dalam kemajuan Teknologi Informasi dan komunikasi bagi sebuah bangsa. Oleh karena itu, para guru harus mampu menyiapkan para peserta didiknya untuk melakukan 5K yang harus dikuasai oleh peserta didik yang bernama digital native.

5K yang saya maksudkan itu adalah Konektivitas, Konvergensi, Konten kreatif, kolabrasi, dan Kontekstual. Salah satu contoh penerapan 5K itu ada di sebuah blog keroyokan yang bernama kompasiana. Melalui blog kompasiana para guru dapat belajar bagaimana menerapkan 5K dalam pembelajaran.

Akhirnya, di tahun baru 2011 ini saya ucapkan selamat datang aktivitas belajar C-Generation. Para guru sudah harus mampu membuat laboratorium online atau virtual labs yang akan membuat para peserta didik menjadi senang dalam belajar. Bila sekolah memiliki komputer server yang bagus, dengan kapasitas memori dan hardisk yang besar, maka sekolah akan mampu membuat perpustakaan online dalam bentuk intranet yang terhubung ke setiap ruang kelas. Tentu akan semakin menyenangkan cara belajar seperti itu, dan terjadilah proses pembelajaran yang kreatif dimana guru mampu mengembangkan potensi unik yang dimiliki oleh para peserta didiknya. Oleh karena itu pahami gaya belajar siswa dalam aktivitas belajar C-Generation.
0 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar